Kala
dini hari mulai menyapa, meluruhkan ceria di manik-manik matamu yang pilu dan
meragu. Ahh…. Kekasih hatiku, setiap dini hari kuselalu menunggumu…. Menunggumu
membalas sapaku sekedar untuk melepas dahaga kerinduanku. Kuingin mendengarkan
merdunya suaramu, namun kutakut, kutak mampu menjaga nistaku.
Kekasihku….
Kuterus akan menunggu kala ruang dan waktu kita yang berbeda. Di kala kuberada
dalam keheningan awal pagi, di kala itu pula engkau berada pada gemerlapnya
menjelang dini.
Kekasihku….
Dalam kotak kerinduan ini, kuselalu lapisi
dengan kertas kesabaran. Walau terkadang muncul keraguanku atasmu namun
kuingin mempercayai bahwa ini nyata dan bukan maya.
Ijinkanlah
aku untuk terus menunggumu dan menjaga hati ini. Ijinkanlah aku menjadi
samudera, dunia tempatku menyapa alam semesta, memeluk topan dan murkanya. Di
atasku, milyaran bintang berkelip tenang kala malam. Setiap kilau cahayanya
memantulkan kerinduanku padamu.
Kutahu,
engkau masih di hulu sana. Masih ada persimpangan sungai yang belum tahu entah
kemana engkau akan mengalir. Kuhanya sebuah muara. Di atasku, di huluku, engkau
berada, kuhanya berharap dan berdo’a agar engkau condong dan mengalir menuju
muaraku. Kuhanya menggantung asa dan mimpi agar engkau mengakhiri perjalananmu
di muaraku.
Kekasihku…
saat ini…. Kubegitu merindukanmu….!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar