Kamis, 31 Mei 2012

TAK SEMUA SEPERTI YANG TERLIHAT



Bismillahirrahmanirrahiim


Ketika kita melihat seseorang bersedih, bergembira, berbahagia, dan segala yang terungkap darinya, percayalah bahwa terkadang semua yang terlihat itu pada hakikatnya bukanlah seperti itu. Boleh jadi itu adalah kamuflasenya dia untuk menutupi sesuatu yang tidak pantas menurutnya untuk dibuka. Kita juga sering begitu. Untuk menutupi kesedihan kita terkadang kita tersenyum dan tertawa walau senyum dan tawa itu terasa hambar. Sebab, lebih mudah bagi kita untuk menutupi kesedihan, penderitaan, kesengsaraan di hati dengan senyuman, canda dan tawa. Namun, sangatlah sulit untuk menutupi kebahagiaan kita dengan ekspresi wajah yang sedih dan menestapakan. Mengapa demikian?


Sebab naluri manusia diciptakan untuk berbagi kebahagiaan, berbagi kebaikan, dan berbagi kebajikan kepada semua orang. Juga merupakan naluri manusia untuk malu mengungkapkan kesedihan dan penderitaan kepada semua orang. Sebab, tidak semua orang siap untuk dibagi kesedihan dan penderitaan. Semua orang siap menerima kebahagiaan yang tulus namun sulit untuk menerima kesedihan dan kegalauan.

Semakin lembut hati seseorang maka akan semakin malu dia menunjukkan kesedihannya. Semakin halus perasaan seseorang maka akan semakin berusaha dia untuk menutupi kesedihannya. Karena dia beranggapan bahwa kesedihan adalah bagian dari aib yang harus ditutupi. Dia juga beranggapan bahwa belum tentu penerimaan orang lain akan kesedihan kita sama seperti yang kita harapkan. Maka itu daripada kecewa lebih jauh, lebih baik dipendam dalam hati. Kalaupun harus diungkapkan sebagian orang akan mengungkapkan dalam munajatnya pada Sang Maha Pemberi Solusi. Dan sebagian lain akan menceritakannya kepada seseorang yang sangat dipercayainya. Dan yang lebih ekstrim lagi adalah mengungkapkan kesedihannya di status Facebook-nya secara terpublik. Terkadang ini memalukan walaupun terkadang ini jadi menggelikan. Tapi inilah fenomena kehidupan yang juga patut disyukuri keindahannya, sebab dengan beragam cara mengungkapkan kesedihan membuat dunia ini menjadi lebih majemuk lagi.

Oleh karena itu, senyum belumlah tentu bermakna bahagia, senyum terkadang dijadikan sebagai tameng untuk menutupi kesedihan. Tertawa juga demikian, terkadang bukan berarti karena gembira namun sebagai pengalihan dan upaya untuk melupakan kesedihan. Namun apapun itu, patutlah kita hormati usaha orang untuk menutupi diri dengan berbagai caranya tersebut.  Patutlah kita hargai ikhtiarnya untuk menghilangkan kesedihan melalui canda dan tawanya. Dan janganlah kita mendesaknya untuk menceritakan kesedihannya yang belum tentu kita siap untuk dibagi. Lebih baik tunggulah dan bersabarlah. Tawarkan diri jika memang bisa ikhlas, dan jika tidak ya sudahlah… lebih baik diam.

Tidak ada komentar: