Selasa, 29 Mei 2012

MENGHARGAI KEJUJURAN LEBIH SULIT DARI PADA MENGHUKUM KEBOHONGAN


Rasulullah Saw membolehkan dusta dalam tiga perkara, yaitu dalam peperangan, dalam rangka mendamaikan antara orang-orang yang bersengketa dan pembicaraan suami kepada isterinya. (HR. Ahmad)

Sesungguhnya Allah menyukai dusta yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendamaikan (merukunkan), dan Allah membenci kebenaran (kejujuran) yang mengakibatkan kerusakan. (HR. Ibnu Babawih)

-----------------------------------
“Dasar kau lelaki pembohong…!!! Dasar kau laki-laki Penipu…!!! Ternyata semua ini adalah kebohongan…!!! Aku bukan anak kecil lagi yang bisa kamu bodoh-bodohi dengan kebohonganmu..!!! Sekarang pergilah jauh dariku. Kumenyesal karena telah mengenalmu”


Kata-kata diatas sering kita dengar dalam berbagai status di FB, di SMS, di telepon, dan terlebih lagi di luar dunia virtual.

Lantas pertanyaannya adalah….
Mengapa harus berbohong jika jujur itu bisa?
Mengapa mengatakan dusta jika jujur itu lebih bisa melapangkan dada?
Mengapa mengada-adakan yang tidak ada?

Kita sering terfokus pada….
Mengapa kau bohongi aku?
Mengapa kau tipu diriku?
Mengapa kau bodoh-bodohi aku dengan kebohonganmu?
Mengapa tidak jujur padaku?

Kita sering lupa bahwa….
Jika kukatakan yang sebenarnya, maka kau akan meninggalkanku.
Jika kuungkapkan bahwa memang dia yang lebih cantik darimu maka kamu akan marah-marah padaku.
Jika kusampaikan apa adanya, kutakut kau akan menjauhiku.
Jika kujawab pertanyaanmu dengan apa adanya, maka kau akan membenciku.

Sebab….
Kutakmau kehilanganmu….
Kutakmau kau tinggalkan aku….
Kutakmau kau membenciku….
Kutakmau kau memarahiku dan merepetiku, sebab dimarahi dan direpeti itu membuat telingaku pecah.

Kita tidak sadar bahwa…..
Jangan tanyakan sesuatu yang kita belum siap dengan jawaban yang jujur
Jangan tuntut jawaban atas sesuatu yang kita tidak sanggup berlapang dada
Jangan meminta kejujuran jika kita sendiri tidak bisa menghargainya
Jangan mengharap tiadanya kebohongan jika kita sendiri tidak sanggup menampung kejujuran.

Sebab….
Jujur menuntut lapangnya dada dalam menerimanya.
Jujur meminta kesabaran untuk tidak bahagia karenanya.
Jujur itu terkadang manis walau lebih banyak pahitnya.
Jujur itu sulit diikuti dengan maaf dan mudah untuk diikuti dengan hukuman dan label.

NAMUN APAPUN ITU SATU HAL YANG HARUS DITANAMKAN:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS: 5:8)

MAKA ADILLAH DENGAN BIJAK DALAM MENYIKAPI KEJUJURAN AGAR KEBOHONGAN TIDAK MERUSAK HATI.

Semoga bermanfaat..!!!

Tidak ada komentar: