Rasulullah
Saw membolehkan dusta dalam tiga perkara, yaitu dalam peperangan, dalam rangka
mendamaikan antara orang-orang yang bersengketa dan pembicaraan suami kepada
isterinya. (HR. Ahmad)
Sesungguhnya
Allah menyukai dusta yang bertujuan untuk memperbaiki dan mendamaikan
(merukunkan), dan Allah membenci kebenaran (kejujuran) yang mengakibatkan
kerusakan. (HR. Ibnu Babawih)
-----------------------------------
“Dasar
kau lelaki pembohong…!!! Dasar kau laki-laki Penipu…!!! Ternyata semua ini
adalah kebohongan…!!! Aku bukan anak kecil lagi yang bisa kamu bodoh-bodohi
dengan kebohonganmu..!!! Sekarang pergilah jauh dariku. Kumenyesal karena telah
mengenalmu”
Kata-kata
diatas sering kita dengar dalam berbagai status di FB, di SMS, di telepon, dan
terlebih lagi di luar dunia virtual.
Lantas
pertanyaannya adalah….
Mengapa
harus berbohong jika jujur itu bisa?
Mengapa
mengatakan dusta jika jujur itu lebih bisa melapangkan dada?
Mengapa
mengada-adakan yang tidak ada?
Kita
sering terfokus pada….
Mengapa
kau bohongi aku?
Mengapa
kau tipu diriku?
Mengapa
kau bodoh-bodohi aku dengan kebohonganmu?
Mengapa
tidak jujur padaku?
Kita
sering lupa bahwa….
Jika
kukatakan yang sebenarnya, maka kau akan meninggalkanku.
Jika
kuungkapkan bahwa memang dia yang lebih cantik darimu maka kamu akan
marah-marah padaku.
Jika
kusampaikan apa adanya, kutakut kau akan menjauhiku.
Jika
kujawab pertanyaanmu dengan apa adanya, maka kau akan membenciku.
Sebab….
Kutakmau
kehilanganmu….
Kutakmau
kau tinggalkan aku….
Kutakmau
kau membenciku….
Kutakmau
kau memarahiku dan merepetiku, sebab dimarahi dan direpeti itu membuat
telingaku pecah.
Kita
tidak sadar bahwa…..
Jangan
tanyakan sesuatu yang kita belum siap dengan jawaban yang jujur
Jangan
tuntut jawaban atas sesuatu yang kita tidak sanggup berlapang dada
Jangan
meminta kejujuran jika kita sendiri tidak bisa menghargainya
Jangan
mengharap tiadanya kebohongan jika kita sendiri tidak sanggup menampung
kejujuran.
Sebab….
Jujur
menuntut lapangnya dada dalam menerimanya.
Jujur
meminta kesabaran untuk tidak bahagia karenanya.
Jujur
itu terkadang manis walau lebih banyak pahitnya.
Jujur
itu sulit diikuti dengan maaf dan mudah untuk diikuti dengan hukuman dan label.
NAMUN
APAPUN ITU SATU HAL YANG HARUS DITANAMKAN:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi
orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih
dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan (QS: 5:8)
MAKA ADILLAH DENGAN BIJAK DALAM MENYIKAPI KEJUJURAN AGAR
KEBOHONGAN TIDAK MERUSAK HATI.
Semoga bermanfaat..!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar