Bismillahirrahmanirrahiim
Masih di malam itu juga, saya; Lapendos melanjutkan
pembicaraan saya dengan Mbah Ponijan.
“Mbah…. Saya seringkali merasa galau dan nggak
mendapatkan kebahagiaan dalam hidup saya. Semua impian saya hancur dan
kesedihan selalu menerpa saya mbah. Bagaimana agar saya bahagia mbah?” tanyaku
saat itu.
“hmmm… gini… kebahagiaan itu sebenarnya datang dari
hal-hal kecil baik yang kita lakukan ataupun yang dilakukan orang lain kepada
kita. Kita selama ini sering berpikiran bahwa kebahagiaan itu haruslah
mendapatkan kekasih yang cantik, hadiah dari perusahaan, karir yang bagus,
ketenaran dan lain-lain. Itu bukanlah kebahagiaan yang sebenarnya. Tapi itu
adalah kesenangan yang terkadang membuat kita malah menjadi tidak bahagia
karenanya.”
Kemudian Mbah Ponijan melanjutkan, “Kebahagiaan yang
datangnya dari hal-hal kecil akan menumpuk dan menggunung sehingga membentuk
sebuah piramida kebahagiaan yang kita sendiri terkadang tidak mampu memberi nama
kepada piramida kebahagiaan tersebut. Sebab kebahagiaan bukanlah label yang
harus diberikan. Sebab kebahagiaan itu sendiri tidaklah mampu diuraikan dengan
kata-kata. Sebab kebahagian itu sendiri terwujud dari keindahan akan hal-hal
yang kecil dan berkumulatif membentuk piramida kebahagiaan.”
“Lantas Mbah… gimana mewujudkan hal-hal kecil tersebut?”
tanyaku begitu Mbah Ponijan diam.
“Itu mudah…asal ego kita rendahkan… gengsi kita usir… dan
malu kita kesampingkan asal memang ini demi untuk kita dan orang-orang yang
halal untuk kita cintai. Sebuah kata ‘Sayangku…!!!’, ‘Kasihku…!!’
‘Cintaku…!!!’, ‘Mutiaraku…!!’ juga merupakan hal-hal kecil yang hanya cukup
kita ucapkan atau tuliskan dan itu mampu membuat kebahagiaan tersendiri bagi
yang mendengar atau membacanya, bukankah terkadang kebahagiaan itu ibarat
pantulan cahaya dari sebuah cermin? Saat kita sinari sebuah cermin maka akan
memantulkan sinar yang menerangi kita. Kebahagiaan orang yang kita cintai akan
menjadikan kita juga bahagia.”
Kemudian Mbah Ponijan melanjutkan dengan nada yang datar
namun mendalam “Kata-kata lain misalnya ‘Mazq..!’, ‘Mutiaramu ini…!!’, ‘Met
bobo’ ya sayangku…!!’, ‘I miss you!’ ini semua bisa membuat kamu bahagia, walau
hanya sebuah atau beberapa kata, dan yang terpenting adalah kata-kata tersebut
keluarnya dari hati maka akan meresap juga di hatimu. Mengapa tidak
sering-sering kamu mengucapkan itu sebab kebahagiaan dari yang kecil jika
sering dan selalu diperoleh akan mampu membangun sebuah piramida besar
kebahagiaan dalam hidupmu. Jangan tunggu
kamu memperolehnya baru kamu memberinya. Sebab kebahagiaan itu harus dari kita
yang memberi dan jangan berharap menerima balasan, jika kita berharap
kebahagiaan dari balasan apa yang kita berikan, maka kebahagiaan yang
dibalaskan akan datang padamu dengan muka yang semu. Biarlah dia datang jika
memang sudah harus datang, maka kamu akan bahagia.”
“Wah … mbah… apa nggak kesannya lebay itu?” sahutku
begitu Mbah Ponijan diam.
“Lebay?... kenapa Lebay? Kamu khawatir ya Ndos,… jika
kamu yang mengatakan itu semua kemudian kamu akan dianggap lebay oleh
kekasihmu? Jika memang begitu, maka kamu sebenarnya belum memahami yang namanya
perempuan. Perempuan itu lembut ndos… maka perlakukanlah dengan lembut. Memang
barang kali diawal dia akan mengatakan “ihh kok lebay gitu sih mas!!!” padahal
di hatinya dia itu berbunga-bunga dan ingin mengatakan “sering-seringlah
mengatakan itu masku! Sebab kubahagia mendengarnya tapi kumalu memintanya”
itulah mereka. Malu mereka itu terkadang menutupi perasaan mereka. Mereka itu
ibarat dua sisi mata koin, mereka memunculkan yang satu namun menutupi yang
lain.”
“Ada lagi mbah cara lain selain dengan kata-kata?”
Pertanyaanku selanjutnya.
“Ada… disaat hati malu untuk mengungkapkan kata, maka
ungkapkanlah dengan hal-hal kecil lain, sebatang coklat, sekuntum mawar, bahkan
hanya dengan gambar juga bisa mengungkapkan banyak hal yang bahkan terkadang
lebih dari kata-kata. Bukan masalah mahalnya yang dilihat perempuan, tapi
maknanya, makna kasih sayang yang kamu sampaikan melalui hal-hal kecil
tersebut. Maka itu, ubahlah paradigmamu tentang arti kebahagiaan. Jangan lagi
kebahagiaan itu datangnya harus dari sesuatu yang besar dan mahal, tapi KEBAHAGIAAN
ITU DATANGNYA DARI HAL-HAL YANG KECIL”
“Tapi mbah… apakah mbah bahagia?” sahutku cepat.
“hehehehehe…….” Mbah Ponijan menjawab pertanyaanku dengan
nyengir….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar