Selasa, 29 Mei 2012

TERNYATA ALLAH BISA MENJADI TUKANG POS


Bismillahirrahmanirrahiim

Masih malam itu juga di rumahnya Mbah Ponijan, saya melanjutkan pembicaraan kami dengan tema do’a. Saat itu jarum pendek pada jam dinding sudah menunjukkan ke angka sepuluh.
“Mbah…. Kan sejarah hidup mbah tuh banyak kali ya cewek yang sudah mbah pacarin, trus diantara itu semua, siapa yang paling mengesankan mbah?” tanyaku pada Mbah Ponijan.
“Hmmmm…. Yang terakhir sama si Mutiara. Itu yang paling mendalam dan mengesankan”
“Memang dia cantik ya mbah?”
“Nggak tahu”
“Hah….????”
“Iya…. Saya belum pernah melihat dia, apalagi jumpa. Tapi di situlah mbah mengalami cinta itu hanya demi mengharap ridho Gusti Allah.”
“Ah mbah ini gaya pacarannya nggak gue banget”
“Tapi indah lho…. “
“Trus cara menjalanin pacarannya gimana mbah? Biasanya kalau anak muda itu kan melalui kencan, mejeng, atau ngapel, atau semacam itulah mbah”
“Ya awalnya lewat pesan singkat, terus melalui tulisan dan do’a”
“Maksud mbah?” tanyaku cepat.
“Iya… awalnya kami lewat pesan, tapi bukan SMS sebab nggak pernah berhasil, maklumlah tempat tinggal mbah kan di ndeso jadi nggak ada sinyal HP, kemudian mbah buat tulisan dan diterbitkan, kemudian si Poineng juga begitu. Tulisan itu tentunya dirangkai dengan kata2 yang indah yang semua mata saat membacanya akan terkagum dan pada rangkaian kata-kata itulah kami titipkan pesan kami secara samar dan jelas, samar bagi pembaca, namun jelas bagi kami. Tulisan itu tentunya adalah tulisan dakwah, sebab kami tetap ingin menjadi rahmatan lil ‘alamiin, kami hanya berharap agar Allah meridhoi langkah kami”
“Mendingan pake pesan aja mbah, jadi langsung ces pleng….” Kumenimpali pembicaraan si Mbah.
“Awalnya sih begitu, namun ternyata hati ini jadi cenderung terjerumus pada membuat Allah cemburu, jadi kemudian si Mutiara memutuskan untuk tidak saling berkirim pesan, ya… saat itu mbah nrimo…. Sebab mau dibilang apa lagi. Dia kan ustadzah…lha mbah ini saat itu masih amburadul hidupnya apalagi imannya, mbah nurut aja dan mbah pasrah pada kehendak Allah. Sebab dengan kepasrahan kepada Allah membuat cinta itu menjadi suci, sebab dengan kepasrahan seperti itu kita tahu sampai dimana cinta suci itu berkembang, terkadang cinta manusia itu lekang karena waktu, lekang karena tak bersua, lantas apakah itu yang dinamakan cinta yang suci, tentu tidakkan?”
“Trus, mbah…. Apakah mbah nggak merasakan kangen?”
“Ya kangen lah… namanya juga manusia… tapi malu untuk mengatakan I miss you apalagi I love you. Cukuplah rasa yang berbicara dengan perasaan. Cukuplah hati yang berbicara dengan hati. Maka itu pernah suatu ketika saat itu sudah beberapa lama tidak mengetahui khabar masing-masing. Pingin kali mbah saat itu ngirim pesan, tapi mbah dilarang, mbah buat tulisan eh… nggak direspon, jadi mbah bingung…. Nah… solusi yang mbah tempuh adalah dengan mengadu kepada Allah.”
“Hehehe… teorinya sih bener mbah…. Tapi prakteknya apa mungkin kangen itu bisa hilang hanya dengan do’a?” sanggahku dengan nada ketus.
Plokkk….
“Aduh….!!!” Tiba-tiba jidatku dikeprok dengan tangan kanannya Mbah Ponijan. Saya cengar cengir saja sambil menahan sakit.
“Maaf mbah” kataku saat itu.
“Yang mbah ceritakan ini bener lho… kamu kalau dikasih tahu malah ngeledek, jangan karena pendidikanmu sudah S2 lantas kamu merasa semua itu harus logika… tidak semua di dunia ini dapat dilogikakan. Tapi semua yang di dunia ini harus dihayati dan diimani bahwa ini semua kehendak Allah.”
“Trus mbah!”
“Saat itu mbah ngadu dalam sujud terakhir di dua shalat, mbah ingat betul itu, yaitu shalat maghrib dan isya. Saat itu mbah kangeen setengah mati rasanya. Jadi dalam sujud akhir di kedua shalat itu mbah mengadu dan berdo’a.”
“Gimana do’a mbah?” tanyaku.
“Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Engkaulah yang Maha Memberi dan tidak ada sesuatupun di dunia ini selain atas kehendak-Mu, sesungguhnya aku mencintai Mutiara ya Allah, mencintainya karena-Mu ya Allah. Sesungguhnya saat ini kurindu padanya, namun aku malu kepada-Mu ya Allah, sebab ku tak mau rinduku ini lama kelamaan membuatku berpaling dari rindu pada-Mu, sebenarnya, hamba-Mu yang hina ini ingin menyampaikan kerinduan ini langsung pada Mutiara ya Allah, namun kumalu,… malu setengah mati ya Allah. Hamba mohon pada-Mu ya Allah agar Engkau sampaikan rinduku ini padanya, sampaikanlah dengan cara-Mu yang tentu kupercaya akan sangat indah pada akhirnya. Sesungguhnya kuberharap-harap cemas, kuberharap agar Engkau mengabulkan permohonanku, sehingga rinduku pada Mutiara dapat tersampaikan dan tidak mengganggu rinduku pada-Mu, kucemas sebab kutakut Engkau tidak mengabulkan permohonanku yang bagi-Mu tentulah sangat sepele sekali. Amiin Ya Robbal ‘Alamiin.”
“Wah… mbah ini…. Melo kali ah…hehehe” responku ketika mbah Ponijan berhenti mengatakan do’anya pada saat itu.
“Trus Mbah….hasilnya?” tanyaku dengan tak sabar.
“Hehehe… kamu mau tahu hasilnya?” tanya mbah Ponijan sambil tangan kanannya memegang kepalaku dan tatapan matanya tajam ke arahku, saat itu saya jadi ciut dan terkejut dengan ulah Mbah Ponijan.
“eh..eh.. nggak.. eh…iya mbah” jawabku gugup.
“Dua jam kemudian masuk pesan ke Mbah isinya singkat… singkat sekali tapi itulah artinya Allah telah menjawab do’aku, itu artinya Allah telah MENJADI TUKANG POS bagiku yang menyampaikan rinduku padanya. Pesan si Mutiara yang masuk hanya satu kata “Maaaz!” dan begitu kutahu itu dia, langsung kujawab “Alhamdulillah… subhanallah!”, …. maka itu berdoalah kamu dalam cintamu agar cintamu tak ternoda, pasrahkan cintamu kepada Allah dan pasti Allah akan menjaganya untukmu, titipkanlah cintamu pada Allah dan pasti Allah akan mengembalikan cintamu kembali padamu kalau memang itu adalah tulang rusukmu, kalaupun ternyata dia bukan tulang rusukmu, maka kamu pasti tidak mengalami yang namanya patah hati. Sekarang pertanyaanku, pernahkah kau diajarin ini semua di kuliah S2mu?” sambil melepas pegangan tangannya dikepalaku dan kemudian Mbah Ponijan mengambil sebatang rokokku dan menyulutnya.
“eh…. Ya nggak adalah mbah…” jawabku malu.
“Ya tentu nggak ada sebab Profesormu itu tidak mengajarimu akan arti kehidupan dan tujuan diadakannya kehidupan ini. Belajarlah kamu mengambil hikmah dari kehidupan ini melalui tanda-tanda-Nya”
“Enggih mbah….” Jawabku malu.
-------------------------------------------------------------------------
Hehehehehehehe…..
“Trus mbah…. Cewek yang namanya Mutiara itu sekarang dimana ya Mbah?” Tanyaku penasaran.
“Mau tau aja lo ah….” Jawab mbah Ponijan singkat sambil memalingkan mukanya karena malu.

Tidak ada komentar: