Bismillahirrahmanirrahiim
Masih
malam itu juga di rumahnya Mbah Ponijan, saya melanjutkan pembicaraan kami
dengan tema do’a. Saat itu jarum pendek pada jam dinding sudah menunjukkan ke
angka sepuluh.
“Mbah….
Kan sejarah hidup mbah tuh banyak kali ya cewek yang sudah mbah pacarin, trus
diantara itu semua, siapa yang paling mengesankan mbah?” tanyaku pada Mbah
Ponijan.
“Hmmmm….
Yang terakhir sama si Mutiara. Itu yang paling mendalam dan mengesankan”
“Memang
dia cantik ya mbah?”
“Nggak
tahu”
“Hah….????”
“Iya….
Saya belum pernah melihat dia, apalagi jumpa. Tapi di situlah mbah mengalami
cinta itu hanya demi mengharap ridho Gusti Allah.”
“Ah
mbah ini gaya pacarannya nggak gue banget”
“Tapi
indah lho…. “
“Trus
cara menjalanin pacarannya gimana mbah? Biasanya kalau anak muda itu kan
melalui kencan, mejeng, atau ngapel, atau semacam itulah mbah”
“Ya
awalnya lewat pesan singkat, terus melalui tulisan dan do’a”
“Maksud
mbah?” tanyaku cepat.
“Iya…
awalnya kami lewat pesan, tapi bukan SMS sebab nggak pernah berhasil, maklumlah
tempat tinggal mbah kan di ndeso jadi nggak ada sinyal HP, kemudian mbah buat
tulisan dan diterbitkan, kemudian si Poineng juga begitu. Tulisan itu tentunya
dirangkai dengan kata2 yang indah yang semua mata saat membacanya akan terkagum
dan pada rangkaian kata-kata itulah kami titipkan pesan kami secara samar dan
jelas, samar bagi pembaca, namun jelas bagi kami. Tulisan itu tentunya adalah
tulisan dakwah, sebab kami tetap ingin menjadi rahmatan lil ‘alamiin, kami
hanya berharap agar Allah meridhoi langkah kami”
“Mendingan
pake pesan aja mbah, jadi langsung ces pleng….” Kumenimpali pembicaraan si
Mbah.
“Awalnya
sih begitu, namun ternyata hati ini jadi cenderung terjerumus pada membuat
Allah cemburu, jadi kemudian si Mutiara memutuskan untuk tidak saling berkirim pesan,
ya… saat itu mbah nrimo…. Sebab mau dibilang apa lagi. Dia kan ustadzah…lha
mbah ini saat itu masih amburadul hidupnya apalagi imannya, mbah nurut aja dan
mbah pasrah pada kehendak Allah. Sebab dengan kepasrahan kepada Allah membuat
cinta itu menjadi suci, sebab dengan kepasrahan seperti itu kita tahu sampai
dimana cinta suci itu berkembang, terkadang cinta manusia itu lekang karena
waktu, lekang karena tak bersua, lantas apakah itu yang dinamakan cinta yang
suci, tentu tidakkan?”
“Trus,
mbah…. Apakah mbah nggak merasakan kangen?”
“Ya
kangen lah… namanya juga manusia… tapi malu untuk mengatakan I miss you apalagi
I love you. Cukuplah rasa yang berbicara dengan perasaan. Cukuplah hati yang
berbicara dengan hati. Maka itu pernah suatu ketika saat itu sudah beberapa
lama tidak mengetahui khabar masing-masing. Pingin kali mbah saat itu ngirim
pesan, tapi mbah dilarang, mbah buat tulisan eh… nggak direspon, jadi mbah
bingung…. Nah… solusi yang mbah tempuh adalah dengan mengadu kepada Allah.”
“Hehehe…
teorinya sih bener mbah…. Tapi prakteknya apa mungkin kangen itu bisa hilang
hanya dengan do’a?” sanggahku dengan nada ketus.
Plokkk….
“Aduh….!!!”
Tiba-tiba jidatku dikeprok dengan tangan kanannya Mbah Ponijan. Saya cengar
cengir saja sambil menahan sakit.
“Maaf
mbah” kataku saat itu.
“Yang
mbah ceritakan ini bener lho… kamu kalau dikasih tahu malah ngeledek, jangan
karena pendidikanmu sudah S2 lantas kamu merasa semua itu harus logika… tidak
semua di dunia ini dapat dilogikakan. Tapi semua yang di dunia ini harus
dihayati dan diimani bahwa ini semua kehendak Allah.”
“Trus
mbah!”
“Saat
itu mbah ngadu dalam sujud terakhir di dua shalat, mbah ingat betul itu, yaitu
shalat maghrib dan isya. Saat itu mbah kangeen setengah mati rasanya. Jadi
dalam sujud akhir di kedua shalat itu mbah mengadu dan berdo’a.”
“Gimana
do’a mbah?” tanyaku.
“Ya
Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Engkaulah yang Maha Memberi dan tidak
ada sesuatupun di dunia ini selain atas kehendak-Mu, sesungguhnya aku mencintai
Mutiara ya Allah, mencintainya karena-Mu ya Allah. Sesungguhnya saat ini
kurindu padanya, namun aku malu kepada-Mu ya Allah, sebab ku tak mau rinduku
ini lama kelamaan membuatku berpaling dari rindu pada-Mu, sebenarnya, hamba-Mu
yang hina ini ingin menyampaikan kerinduan ini langsung pada Mutiara ya Allah,
namun kumalu,… malu setengah mati ya Allah. Hamba mohon pada-Mu ya Allah agar
Engkau sampaikan rinduku ini padanya, sampaikanlah dengan cara-Mu yang tentu
kupercaya akan sangat indah pada akhirnya. Sesungguhnya kuberharap-harap cemas,
kuberharap agar Engkau mengabulkan permohonanku, sehingga rinduku pada Mutiara
dapat tersampaikan dan tidak mengganggu rinduku pada-Mu, kucemas sebab kutakut
Engkau tidak mengabulkan permohonanku yang bagi-Mu tentulah sangat sepele
sekali. Amiin Ya Robbal ‘Alamiin.”
“Wah…
mbah ini…. Melo kali ah…hehehe” responku ketika mbah Ponijan berhenti
mengatakan do’anya pada saat itu.
“Trus
Mbah….hasilnya?” tanyaku dengan tak sabar.
“Hehehe…
kamu mau tahu hasilnya?” tanya mbah Ponijan sambil tangan kanannya memegang
kepalaku dan tatapan matanya tajam ke arahku, saat itu saya jadi ciut dan
terkejut dengan ulah Mbah Ponijan.
“eh..eh..
nggak.. eh…iya mbah” jawabku gugup.
“Dua
jam kemudian masuk pesan ke Mbah isinya singkat… singkat sekali tapi itulah
artinya Allah telah menjawab do’aku, itu artinya Allah telah MENJADI TUKANG POS
bagiku yang menyampaikan rinduku padanya. Pesan si Mutiara yang masuk hanya
satu kata “Maaaz!” dan begitu kutahu itu dia, langsung kujawab “Alhamdulillah…
subhanallah!”, …. maka itu berdoalah kamu dalam cintamu agar cintamu tak
ternoda, pasrahkan cintamu kepada Allah dan pasti Allah akan menjaganya
untukmu, titipkanlah cintamu pada Allah dan pasti Allah akan mengembalikan
cintamu kembali padamu kalau memang itu adalah tulang rusukmu, kalaupun
ternyata dia bukan tulang rusukmu, maka kamu pasti tidak mengalami yang namanya
patah hati. Sekarang pertanyaanku, pernahkah kau diajarin ini semua di kuliah
S2mu?” sambil melepas pegangan tangannya dikepalaku dan kemudian Mbah Ponijan
mengambil sebatang rokokku dan menyulutnya.
“eh….
Ya nggak adalah mbah…” jawabku malu.
“Ya
tentu nggak ada sebab Profesormu itu tidak mengajarimu akan arti kehidupan dan
tujuan diadakannya kehidupan ini. Belajarlah kamu mengambil hikmah dari
kehidupan ini melalui tanda-tanda-Nya”
“Enggih
mbah….” Jawabku malu.
-------------------------------------------------------------------------
Hehehehehehehe…..
“Trus
mbah…. Cewek yang namanya Mutiara itu sekarang dimana ya Mbah?” Tanyaku
penasaran.
“Mau
tau aja lo ah….” Jawab mbah Ponijan singkat sambil memalingkan mukanya karena
malu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar