Selasa, 29 Mei 2012

MUNGKIN KITA PERLU BELAJAR PUASA…!!!

 
Di saat hati gelisah. Di saat batin mulai berperang. Di saat cinta karena Allah mulai dipertanyakan. Di saat ketakutan akan murka Allah bercampur dengan kerinduan padamu. Semua ini membuat hati tidak nyaman. Hati jadi tidak tenang. Padahal ketenanganlah yang ingin dicari. Lantas mengapa ketidaktenangan yang didapat? Mungkin ini semua karena pengendalian hati yang belum didapat. Cinta itu tidak salah. Yang salah itu kita. Bukan karena kita tidak cinta. Bukan karena hati yang ragu. Tapi karena kita tak mampu mengendalikan nafsu.

Kutak sanggup mengatakan “Kutak akan menghubungimu sampai saatnya tiba” sebab ku takut kamu tersinggung. Kutak sanggup menulis kata “kutak akan meng-inboxmu” sebab kusendiri takut kamu katakan aku lari dari tanggung jawab karena telah mengambil hatimu namun tak kurawat. Ku sendiri juga tidak tahu apakah aku sanggup jika kulakukan ini semua. Aku juga tidak yakin untuk mampu melakukan ini sampai saatnya tiba.

Tapi hatiku terus gelisah… gelisah ternyata cinta ini sedikit banyaknya mampu menggeser-Nya dari hati. Kutakut ini keterusan… kutakut aku kebablasan…. Kutakut cinta ini malah menjemukan. Sehingga semua akan sia-sia. Kutakut aku dan kamu malah jadi tak bernilai. Padahal kau sangatlah bernilai.

Mungkin kita perlu belajar berpuasa. Seperti layaknya kita dulu belajar berpuasa di waktu kecil. Kita dulu diajari menahan lapar dan dahaga dengan jangka waktu yang sesanggup kita. Diawali jam 10 pagi berbuka, besoknya jam 11, besoknya jam 12, besoknya ba’da zhuhur. Dan seterusnya sampai kita mampu menahan lapar dan dahaga sampai maghrib tiba.

Mungkin kita hanya perlu berpuasa untuk tidak saling menghubungi hanya untuk mengatakan “kangen”, “rindu”, “I miss you”, “I love you”, “I need you”.

Mungkin kita hanya perlu berpuasa untuk tidak membicarakan indahnya cinta kita dan indahnya mimpi kita, agar kita terbangun dan sadar bahwa “Wooiii…. Kalian hidup di alam nyata dan bukan mimpi” tunggulah sampai saatnya tiba.

Mungkin puasa kita itu adalah seperti puasa sunnah-nya  seorang tamu yang sedang bersilaturahmi namun ternyata tuan rumah menyediakan hidangan untuk menghormati kita sebagai tamunya. Sehingga kita juga turut berbuka demi menghormati tuan rumah. Sebab berbuka itu adalah rejeki kita dari Allah. Sehingga jika salah satu kita tidak sanggup lagi berpuasa, maka marilah sama-sama berbuka demi untuk saling menghormati. Jika kutak sanggup menahan rindu padamu, maka akan kuungkapkan itu padamu dan semoga kamu juga rindu padaku.

Mungkin puasa kita itu adalah seperti orang yang berpuasa namun tiba2 dilanda sakit sehingga harus berbuka demi kemaslahatan. Jika kusakit, kubutuh dirimu maka kita berbuka di situ. Jika kugalau, kubutuh  kehadiranmu menghiburku, maka kita berbuka disitu. Begitu juga dengan dirimu. Kita tidak boleh egois dalam cinta. Sebab cinta karena Allah itu sendiri juga bukanlah dilandasi egoisme.

Namun tetap kita berpuasa, walau tidaklah mampu penuh seperti semestinya. Kita hanya mencoba dan mencoba. Menjaga hati bukanlah hasil tapi proses. Proses itu butuh waktu, butuh upaya, butuh ikhtiar dan juga sabar.

Yang terpenting adalah seperti layaknya puasa, maka saat kita berpuasa cinta ini, kita juga harus menjaga diri, menjaga kepercayaan, menjaga cinta, dan menjaga kehormatan.

Apapun yang kutulis ini anggaplah wacana. Jika kita sepakat berpuasa, maka marilah kita jalankan, jika tidak, maka marilah kita lanjutkan.
Setelah ini semua maka kumohon maafmu jika ternyata ini tidak berkenan.

Tidak ada komentar: