Minggu, 27 Mei 2012

DILEMA SANG PENJAGA HATI


Bismillahirrahmanirrahiim


Alkisah… terdapatlah seorang security guard yang karena panggilan jiwanya serta mendapatkan amanah yang diikrarkannya untuk menjaga sebuah rumah hati yang indah. Rumah itu adalah milik sang penjaga ini. Rumah tersebut yang semula kosong kini sudah terisi dengan mutiara yang indah dan tak ternilai harganya. Tugas utama sang penjaga ada dua. Satu, jangan sampai ada yang mencuri mutiara di rumah ini, sebab mutiara tersebut adalah milik sang penjaga rumah. Mutiara tersebut haruslah tetap berada di tempatnya sampai saatnya tiba. Sampai saat dimana Sang Penjaga rumah ini diperbolehkan memasuki dan memilikinya secara halal sepenuhnya. Dan sampai saat itu tiba, jangan ada yang boleh mencurinya, menyentuhnya dan bahkan mengintipnya. Sebab mutiara itu suci dan indah. Dua,  juga tidak boleh ada orang lain yang membawa mutiara lain untuk dititipkan ke dalam rumah ini. Sebab, rumah ini tetap harus berisi satu mutiara yang sudah duluan tersimpan di dalam rumah ini. Walaupun benar di dalam rumah itu terdapat empat buah kamar dan yang terisi baru satu. Namun itu tetap tidak boleh. Mengapa tidak boleh, sebab Sang Penjaga hanya satu, dan tidak akan bisa ada dua atau tiga penjaga dalam satu rumah. Sebab, dengan kemampuan sang penjaga yang amatlah terbatas untuk bisa adil maka yang sanggup dijaganya hanyalah satu. Jangan lebih dari itu. Jika lebih, maka Sang Penjaga akan tidak mampu berlaku adil membersihkan dan merawat serta melindungi semuanya. Maka itu, jangan sampai ada yang boleh mengisi mutiara lain ke dalam rumah hati ini.

Waktu terus berjalan, Sang Penjaga rumah sembari menjaga rumah tersebut dia juga merawat dan memperindah rumah itu dengan memperbaiki dirinya. Maka lama kelamaan rumah tersebut terlihat indah dan menawan. Rumah itu terlihat indah di pandang mata orang di luaran. Sampai pada akhirnya banyaklah yang datang dan mencoba untuk menitipkan mutiara-mutiara yang mereka bawa. Banyak cara yang dilakukan oleh orang lain untuk membujuk sang penjaga agar bersedia dititipkan mutiara-mutiara mereka. Namun Sang Penjaga tetap bersikukuh untuk mempertahankan amanah yang diikrarkannya. Sang Penjaga tetap kokoh untuk menjaga rumahnya dengan sekuat iman dan hatinya. Dan sampai detik ini dia masih berhasil untuk setia.

Namun dampaknya, banyak orang yang kecewa karena ditolak titipan mutiaranya. Banyak orang yang menderita karena terlalu kuat kesetiaan sang penjaga akan ikrarnya. Banyak orang yang sengsara karena keteguhan sikap sang penjaga.

Sang mutiara yang bersemayam di rumah hati yang karena kelembutan dan keindahannya melihat akan hal ini. Sepertinya dia marah sambil berkata “Kebahagiaan di rumah ini tidak akan didapat seutuhnya dari penderitaan orang lain.”

Sang Penjaga bingung dan terdiam. Harus bagaimanakah dia? Apakah yang harus dilakukannya? Jelas dia tidak mau ada orang lain yang mengisi rumah itu dengan mutiara-mutiara lain selain yang satu yang sudah bersemayam di dalamnya. Dia bingung, harus dengan cara apa untuk menolak orang lain yang ingin menitipkan mutiara mereka? Jika dengan cara yang lembut, maka orang lain akan melakukan berbagai bujuk rayu yang teramat dahsyat. Sehingga orang lain itu akan terus dan terus berusaha untuk berhasil menitipkan mutiara mereka. Jelas , Sang Penjaga akan kerepotan dan bisa jadi rumah hati ini akan ambruk binasa tak berbekas. Dan dia tidak mau itu terjadi. Jika dia menolak dengan tegas dan lugas, maka tentu dampaknya orang akan pergi dan mundur walau mereka menjadi menderita karena penolakan itu.

Untuk sementara itu, Sang Penjaga memutuskan untuk tetap tegas dan lugas guna menolak bujuk rayu orang lain. Sebab sang penjaga memiliki alasan tersendiri, yaitu Sang Penjaga tidak mau menggantung harapan orang lain. Sebab sang penjaga sudah jelas hatinya akan mutiara yang dipilihnya. Sebab sang penjaga hanya tinggal menunggu waktu untuk masuk secara halal. Sebab sembari menunggu waktu, maka sang penjaga akan terus memperbaiki, mempercantik dan memperindah rumah itu agar nantinya menjadi rumah yang sakinah mawaddah warahmah.

Sekarang sang penjaga hanya berharap bahwa mutiara yang telah bersemayam di rumah hati memahami satu hal bahwa akan lebih menderita yang teramat sangat lagi jika orang lain terkatung-katung harapan mereka untuk dapat menitipkan mutiaranya di rumah hati ini. Sebab dengan cara lembut akan menimbulkan harapan bagi orang lain. Sebab, yang takkan pernah mati pada manusia adalah harapan. Biarlah orang lain pergi dan mencari rumah yang lain untuk dititipkan hati mereka. Biarlah mereka tahu secepatnya sehingga mereka tidak rugi waktu dan asa karena menunggu-nunggu ijin dari sang penjaga, sehingga barang kali ada rumah lain yang memang semestinya dimasuki mutiara mereka.

Dan insya-Allah bukan rumah yang dijaganya.
Sebab di dalamnya sudah bersemayam sebutir Mutiara yang indah.
(Salam rinduku untukmu wahai Mutiaraku)

Tidak ada komentar: