Bismillahirrahmanirrahiim
Alkisah…
terdapatlah seorang security guard yang karena panggilan jiwanya serta
mendapatkan amanah yang diikrarkannya untuk menjaga sebuah rumah hati yang
indah. Rumah itu adalah milik sang penjaga ini. Rumah tersebut yang semula
kosong kini sudah terisi dengan mutiara yang indah dan tak ternilai harganya.
Tugas utama sang penjaga ada dua. Satu, jangan sampai ada yang mencuri mutiara
di rumah ini, sebab mutiara tersebut adalah milik sang penjaga rumah. Mutiara
tersebut haruslah tetap berada di tempatnya sampai saatnya tiba. Sampai saat
dimana Sang Penjaga rumah ini diperbolehkan memasuki dan memilikinya secara
halal sepenuhnya. Dan sampai saat itu tiba, jangan ada yang boleh mencurinya,
menyentuhnya dan bahkan mengintipnya. Sebab mutiara itu suci dan indah.
Dua, juga tidak boleh ada orang lain
yang membawa mutiara lain untuk dititipkan ke dalam rumah ini. Sebab, rumah ini
tetap harus berisi satu mutiara yang sudah duluan tersimpan di dalam rumah ini.
Walaupun benar di dalam rumah itu terdapat empat buah kamar dan yang terisi
baru satu. Namun itu tetap tidak boleh. Mengapa tidak boleh, sebab Sang Penjaga
hanya satu, dan tidak akan bisa ada dua atau tiga penjaga dalam satu rumah.
Sebab, dengan kemampuan sang penjaga yang amatlah terbatas untuk bisa adil maka
yang sanggup dijaganya hanyalah satu. Jangan lebih dari itu. Jika lebih, maka Sang
Penjaga akan tidak mampu berlaku adil membersihkan dan merawat serta melindungi
semuanya. Maka itu, jangan sampai ada yang boleh mengisi mutiara lain ke dalam
rumah hati ini.
Waktu
terus berjalan, Sang Penjaga rumah sembari menjaga rumah tersebut dia juga
merawat dan memperindah rumah itu dengan memperbaiki dirinya. Maka lama
kelamaan rumah tersebut terlihat indah dan menawan. Rumah itu terlihat indah di
pandang mata orang di luaran. Sampai pada akhirnya banyaklah yang datang dan
mencoba untuk menitipkan mutiara-mutiara yang mereka bawa. Banyak cara yang dilakukan
oleh orang lain untuk membujuk sang penjaga agar bersedia dititipkan
mutiara-mutiara mereka. Namun Sang Penjaga tetap bersikukuh untuk
mempertahankan amanah yang diikrarkannya. Sang Penjaga tetap kokoh untuk
menjaga rumahnya dengan sekuat iman dan hatinya. Dan sampai detik ini dia masih
berhasil untuk setia.
Namun
dampaknya, banyak orang yang kecewa karena ditolak titipan mutiaranya. Banyak
orang yang menderita karena terlalu kuat kesetiaan sang penjaga akan ikrarnya.
Banyak orang yang sengsara karena keteguhan sikap sang penjaga.
Sang
mutiara yang bersemayam di rumah hati yang karena kelembutan dan keindahannya melihat
akan hal ini. Sepertinya dia marah sambil berkata “Kebahagiaan di rumah ini
tidak akan didapat seutuhnya dari penderitaan orang lain.”
Sang
Penjaga bingung dan terdiam. Harus bagaimanakah dia? Apakah yang harus
dilakukannya? Jelas dia tidak mau ada orang lain yang mengisi rumah itu dengan
mutiara-mutiara lain selain yang satu yang sudah bersemayam di dalamnya. Dia
bingung, harus dengan cara apa untuk menolak orang lain yang ingin menitipkan
mutiara mereka? Jika dengan cara yang lembut, maka orang lain akan melakukan berbagai
bujuk rayu yang teramat dahsyat. Sehingga orang lain itu akan terus dan terus
berusaha untuk berhasil menitipkan mutiara mereka. Jelas , Sang Penjaga akan
kerepotan dan bisa jadi rumah hati ini akan ambruk binasa tak berbekas. Dan dia
tidak mau itu terjadi. Jika dia menolak dengan tegas dan lugas, maka tentu
dampaknya orang akan pergi dan mundur walau mereka menjadi menderita karena
penolakan itu.
Untuk
sementara itu, Sang Penjaga memutuskan untuk tetap tegas dan lugas guna menolak
bujuk rayu orang lain. Sebab sang penjaga memiliki alasan tersendiri, yaitu
Sang Penjaga tidak mau menggantung harapan orang lain. Sebab sang penjaga sudah
jelas hatinya akan mutiara yang dipilihnya. Sebab sang penjaga hanya tinggal
menunggu waktu untuk masuk secara halal. Sebab sembari menunggu waktu, maka
sang penjaga akan terus memperbaiki, mempercantik dan memperindah rumah itu
agar nantinya menjadi rumah yang sakinah mawaddah warahmah.
Sekarang
sang penjaga hanya berharap bahwa mutiara yang telah bersemayam di rumah hati
memahami satu hal bahwa akan lebih menderita yang teramat sangat lagi jika
orang lain terkatung-katung harapan mereka untuk dapat menitipkan mutiaranya di
rumah hati ini. Sebab dengan cara lembut akan menimbulkan harapan bagi orang
lain. Sebab, yang takkan pernah mati pada manusia adalah harapan. Biarlah orang
lain pergi dan mencari rumah yang lain untuk dititipkan hati mereka. Biarlah
mereka tahu secepatnya sehingga mereka tidak rugi waktu dan asa karena
menunggu-nunggu ijin dari sang penjaga, sehingga barang kali ada rumah lain
yang memang semestinya dimasuki mutiara mereka.
Dan
insya-Allah bukan rumah yang dijaganya.
Sebab
di dalamnya sudah bersemayam sebutir Mutiara yang indah.
(Salam
rinduku untukmu wahai Mutiaraku)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar