Minggu, 27 Mei 2012

BILA KAMU TIDAK MALU, BERBUATLAH SESUKAMU


Bismillahirrahmanirrahiim


“Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi terdahulu adalah: ‘BILA KAMU TIDAK MALU, BERBUATLAH SESUKAMU.” (HR Bukhari)

Dunia ini terkadang tidak seperti yang kita harapkan. Kita ingin berbaik dengannya dengan niat yang ikhlas namun kenyataan yang kita terima malah sebaliknya. Kita kecewa dengan respon dunia terhadap kita. Kita sedih ternyata niat baik kita malah ditanggapi secara negatif. Kekecewaan dan kesedihan membuat kita berasa sesak di dada. Kita jadi galau… hati jadi tak risau… pikiran jadi tak menentu. Lantas apa yang harus kita lakukan agar sesak di dada lenyap tanpa bekas?


Facebook hadir sebagai salah satu alternatif walaupun belum tentu yang terbaik. Dengan kehadirannya, kita ingin berbagi kekecewaan kita pada dunia. Kita ingin dunia bisa merasakan apa yang kita rasakan. Dunia harus tahu apa yang terjadi pada kita.

Kemudian kita keluarkan sesak di dada melalui serangkaian kata, dari yang kasar hingga yang santun. Dari yang memaki-maki hingga yang berpuitis. Sudah benarkah ini? Jawabnya tentu relatif seiring dengan relatifnya pula tanggapan dunia yang beragam. Ada yang simpatik, ada yang menertawakan, ada yang empati, bahkan ada yang mencaci kembali, dan yang terbanyak adalah hanya tersenyum membaca untaian kata-kata kita. Senyuman dunia ini memiliki beragam makna, ada yang berdoa semoga diberi kesabaran, hingga senyum yang bermakna “Mampuss lo”.

Pada dasarnya untaian kata-kata kita sebagai perwakilan sesaknya dada pertanda bahwa:
Kita belum bisa mengendalikan nafsu amarah yang menyesakkan dada.
Kita belum bisa berusaha untuk sabar akan cobaan ini.
Kita belum bisa untuk berserah diri pada Yang Maha Menentukan Segala Sesuatu.
Kita belum bisa mempercayai orang lain yang barangkali dititipkan Allah untuk memberi jalan.
Kita belum bisa mengendalikan ego kita, sebab untaian kata tersebut bisa jadi menyakiti orang lain.

Dan yang terpenting adalah ternyata RASA MALU KITA ITU KECIL DAN TIPIS.

Kita mestinya malu mengatakan pada dunia bahwa Allah itu jauh sehingga kita butuh dunia untuk melepaskan sesak di dada.
Kita mestinya malu memberitahukan pada dunia bahwa Allah belum menitipkan siapapun kepada kita untuk tempat berbagi.
Kita mestinya malu mengakui pada dunia bahwa ternyata Islam kita belum mampu menenangkan gundah di dada.
Kita mestinya malu karena telah mengakui pada dunia bahwa Al-Qur’an itu ternyata hanyalah sekedar buku bacaan dan bukan obat dan rahmat bagi hati.

Dari itu mari kita renungkan satu hal bahwa dunia ini akan tetap berjalan seperti apa adanya; dengan kita ataupun tanpa kita. Sebab tidak ada sesuatu yang terkecil sekalipun di dunia ini yang tidak diatur-Nya. Semua sudah diatur…. Lantas mengapa kita harus galau dan gundah? Allah saja selaku Sang Maha Pengatur telah mengatur respon dunia terhadap kita sebagai sebuah ujian. Lantas mengapa kita harus bersedih karena dunia ini ternyata tidak seperti yang kita harapkan?

Maafkan saya karena tulisan ini barangkali menyinggung Anda. Sebab saya tidaklah sempurna. Jika Anda tidak berterima maka saya hanya bisa mengatakan : “BILA KAMU TIDAK MALU, BERBUATLAH SESUKAMU”.

Tidak ada komentar: