Bismillahirrahmanirrahiim
“Sesungguhnya sebagian ajaran
yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi terdahulu adalah: ‘BILA
KAMU TIDAK MALU, BERBUATLAH SESUKAMU.” (HR Bukhari)
Dunia ini terkadang tidak
seperti yang kita harapkan. Kita ingin berbaik dengannya dengan niat yang
ikhlas namun kenyataan yang kita terima malah sebaliknya. Kita kecewa dengan
respon dunia terhadap kita. Kita sedih ternyata niat baik kita malah ditanggapi
secara negatif. Kekecewaan dan kesedihan membuat kita berasa sesak di dada.
Kita jadi galau… hati jadi tak risau… pikiran jadi tak menentu. Lantas apa yang
harus kita lakukan agar sesak di dada lenyap tanpa bekas?
Facebook hadir sebagai salah
satu alternatif walaupun belum tentu yang terbaik. Dengan kehadirannya, kita
ingin berbagi kekecewaan kita pada dunia. Kita ingin dunia bisa merasakan apa
yang kita rasakan. Dunia harus tahu apa yang terjadi pada kita.
Kemudian kita keluarkan sesak
di dada melalui serangkaian kata, dari yang kasar hingga yang santun. Dari yang
memaki-maki hingga yang berpuitis. Sudah benarkah ini? Jawabnya tentu relatif
seiring dengan relatifnya pula tanggapan dunia yang beragam. Ada yang simpatik,
ada yang menertawakan, ada yang empati, bahkan ada yang mencaci kembali, dan
yang terbanyak adalah hanya tersenyum membaca untaian kata-kata kita. Senyuman
dunia ini memiliki beragam makna, ada yang berdoa semoga diberi kesabaran,
hingga senyum yang bermakna “Mampuss lo”.
Pada dasarnya untaian
kata-kata kita sebagai perwakilan sesaknya dada pertanda bahwa:
Kita belum bisa mengendalikan
nafsu amarah yang menyesakkan dada.
Kita belum bisa berusaha
untuk sabar akan cobaan ini.
Kita belum bisa untuk
berserah diri pada Yang Maha Menentukan Segala Sesuatu.
Kita belum bisa mempercayai
orang lain yang barangkali dititipkan Allah untuk memberi jalan.
Kita belum bisa mengendalikan
ego kita, sebab untaian kata tersebut bisa jadi menyakiti orang lain.
Dan yang terpenting adalah
ternyata RASA MALU KITA ITU KECIL DAN TIPIS.
Kita mestinya malu mengatakan
pada dunia bahwa Allah itu jauh sehingga kita butuh dunia untuk melepaskan
sesak di dada.
Kita mestinya malu
memberitahukan pada dunia bahwa Allah belum menitipkan siapapun kepada kita
untuk tempat berbagi.
Kita mestinya malu mengakui
pada dunia bahwa ternyata Islam kita belum mampu menenangkan gundah di dada.
Kita mestinya malu karena
telah mengakui pada dunia bahwa Al-Qur’an itu ternyata hanyalah sekedar buku
bacaan dan bukan obat dan rahmat bagi hati.
Dari itu mari kita renungkan
satu hal bahwa dunia ini akan tetap berjalan seperti apa adanya; dengan kita
ataupun tanpa kita. Sebab tidak ada sesuatu yang terkecil sekalipun di dunia
ini yang tidak diatur-Nya. Semua sudah diatur…. Lantas mengapa kita harus galau
dan gundah? Allah saja selaku Sang Maha Pengatur telah mengatur respon dunia
terhadap kita sebagai sebuah ujian. Lantas mengapa kita harus bersedih karena
dunia ini ternyata tidak seperti yang kita harapkan?
Maafkan saya karena tulisan
ini barangkali menyinggung Anda. Sebab saya tidaklah sempurna. Jika Anda tidak
berterima maka saya hanya bisa mengatakan : “BILA KAMU TIDAK MALU, BERBUATLAH
SESUKAMU”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar