Bismillahirrahmanirrahiim.
Saya
tidak banyak meminta atau mengajak. Sebab saya tidak mau berangan-angan. Yang saya
minta dan ajak adalah untuk hari ini saja.
Saya
mengajak agar berimanlah kamu, untuk satu hari ini saja. Berimanlah dengan iman
yang terbaik yang sanggup kita usahakan. Bukan kemarin, sebab kemarin itu bukan
kehidupan, hanya kenangan. Bukan pula esok, sebab esok bukan kehidupan, hanya
angan-angan. Jika kita beriman untuk satu hari ini saja, maka niscaya beban
menjadi lebih ringan, masalah berubah lebih terang, tujuan lebih terjangkau
kesanggupan. Yang telah lewat tak akan pernah kembali. Yang akan
datang juga tak pernah pasti. Bisa kita jumpai, tapi bisa juga kita keburu
mati. Sedang hari ini adalah kenyataan, kepastian, kesempatan, sejatinya kehidupan. Saat ini, detik ini, dan satu
tarikan nafas ini dan inilah hakiki.
Saya
mengajak agar kita percaya, satu hari ini saja. Kepercayaan terpenuh yang
sanggup kita berikan. Tanpa curiga seseorang berniat menipu atau memperdaya. Tanpa
curiga mereka jujur atau dusta, hari ini saja mari kita coba percaya, tanpa
banyak tanya dan buruk sangka, toh cuma satu hari, bukan berhari-hari dan bukan
pula selamanya. Di lain hari kan mungkin ada waktu untuk menuntutnya,
itupun jika kita tidak lupa, atau kecurigaan kita terbukti nyata.
Saya
mengajak agar kita yakin. Yakin untuk satu hari ini saja dengan keyakinan
terdalam yang sanggup kita tancapkan. Tanpa setitik keraguan. Cukuplah kejar
satu tujuan, tak perlu banyak-banyak, sebab langkah kita akan menjadi berat, tersiksa dalam
kepayahan. Yakinlah pada satu saja, cukup Allah SWT. Tak perlu
banyak-banyak Tuhan, satu saja lebih dari cukup untuk kebutuhan, satu saja
masih kerap terabaikan. Barangkali Dia memang benar dan memang ada, bolehlah
barang sehari kita yakini. Mungkin kemarin kita telah ingkar, membantah dan
melanggar, jalani hidup dengan jalan tak benar. Biarlah kemarin milik kemarin,
tapi sehari saja kita yakin dan taat kepada-Nya. Tak perlu pula pikirkan esok,
masih terlalu lama, lagipula esok hanya sederet rencana. Mungkin kita masih
yakin dan taat, atau kembali ingkar dan melanggar, tapi tidak untuk hari ini.
Saya
mengajak agar kita bertaubat, hanya satu hari ini saja. Taubat terbersih yang
sanggup kita perbuat. Sejenak kita istirahat dari perilaku jahat. Satu hari
kita menebus dosa dan salah yang telah kita perbuat. Hari ini kita kembalikan
hak-hak orang yang telah kita rampas dengan buas. Tak perlu seluruhnya bila itu
terlalu berat. Atau tak perlu kembalikan bila kita tak sanggup menahan malu
kehilangan harkat. Yang penting barang sehari perilaku jahat bisa beristirahat.
Itu lebih membawa satu atau beberapa orang ke tempat selamat. Memang, bila
belum terbiasa itu teramat berat, tapi toh hanya satu hari saja kok, yaitu hari
ini, mestinya kita bisa menahan diri. Satu hari, hari ini saja. Tak perlu
cemaskan esok akankah kita kembali kumat. Tiada yang tahu esok kita tak
berminat berbuat jahat, lagi pula kita tak tahu masihkah kita sempat, yang
penting hari ini kita sudah niat.
Marilah
kita jujur, untuk hari ini saja. Kejujuran terbaik yang sanggup kita ungkapkan.
Jujur berpikir, bersikap dan berbuat. Jika ketiganya masih terlalu berat, pilih
satu saja, jujur dalam berbuat. Jika itu juga masih terlalu berat, ambil satu
saja, jujur dalam berucap. Mungkin memang masih berat, berat-berat tapi
sekali-sekali bolehlah terpaksa kita angkat, kan cuma satu hari, bukan kemarin
atau esok, lagipula cuma satu ucapan, bukan termasuk pikiran, sikap dan seluruh
perbuatan. Jujur berbicara, kejujuran paling sederhana. Dusta-dusta kemarin
biarlah milik kemarin. Esok juga bukan milik kita, bolehlah kiranya esok
kembali berdusta bila terpaksa tak bisa menghindarinya. Tapi tidak untuk hari
ini, hari ini saja.
Berlaku
adillah, hanya hari ini saja kok. Keadilan terbaik yang sanggup kita tegakkan.
Tak perlu dipersembahkan untuk banyak orang, apalagi untuk satu negara.
Cukup adil pada satu orang saja, satu jiwa saja, jiwa kita, agar beban palu
keputusan terasa lebih ringan. Putuskanlah perkara seadil-adilnya, yang
menyangkut diri dan untuk kita saja, bukan untuk orang lain. Jiwa kita butuh
keadilan, janganlah kiranya terus-menerus diperlakukan dengan aniaya, itu kan
hanya sekecil-kecil tuntutan. Jika terpaksa harus menghakimi perkara orang
banyak, adillah hanya untuk keadilan jiwa kita, bukan untuk jiwa mereka, agar
beban lebih ringan, lalu keputusan lebih dekat kepada keadilan. Tak perlu
pedulikan mereka, toh persepsi orang tak pernah sama. Yang kita yakini sebagai
keadilan untuk diri kita, itu yang kita putuskan, sebab kita adalah hakim
bagi jiwa kita.
Berbuat baiklah, bertanggung-jawablah,
bersungguh-sungguhlah, kerahkanlah seluruh kekuatan, kaffah, jangan setengah-setengah. Toh
hanya satu hari. Bukan sepekan, sebulan, setahun, lima tahun atau lima puluh
tahun. Semua
akan terasa lebih ringan, lebih mudah dan lebih terjangkau kesanggupan. Rombak
jiwa-jiwa. Reformasi pikiran. Rekonstruksi perbuatan. Resolusi permasalahan.
Perbaharui kehidupan. Reproklamasi keimanan, deklarasi terbaik yang pernah kita
ucapkan.
Satu pembuktian. Satu pembaharuan. Satu perbaikan. Satu perubahan untuk dunia dan kehidupan. Satu jiwa. Jiwa ini saja. Jiwa kita. Bukan dia atau mereka. Satu hari. Hari ini saja. Hari kita. Bukan kemarin, esok atau lusa.
Satu pembuktian. Satu pembaharuan. Satu perbaikan. Satu perubahan untuk dunia dan kehidupan. Satu jiwa. Jiwa ini saja. Jiwa kita. Bukan dia atau mereka. Satu hari. Hari ini saja. Hari kita. Bukan kemarin, esok atau lusa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar