Bismillahirrahmanirrahiim
Malam
itu setelah selesai shalat isya, keluarga Pak Ali makan malam bersama. Di ruang
makan itu sudah berkumpul anak gadis semata wayangnya yang bernama Neng Tiara
dan juga istri tercintanya. Menu makan malam itu sangatlah spesial bagi Pak Ali
sebab istrinya menghidangkan menu favorit bagi Pak Ali yaitu rendang jengkol,
rebusan petai dan juga rebusan sayuran, serta lauknya ikan mas arsik.
Pak
Ali yang biasa dipanggil Abi oleh anaknya makan dengan lahapnya. Mereka makan sambil sesekali bercanda dalam
cerita.
“Neng…bagaimana
pilihanmu? Ikhwan mana yang kamu pilih? Hehehe… kata Umi ada dua ya yang
mencoba ta’aruf sama kamu?” tanya Pak Ali sama anaknya.
“Idihh
Abi ini… apaalah..! kan malu jadinya..” jawab anaknya dengan muka bersemu merah
karena malu.
“Ya
nggak apa-apa loh Nengku sayang… Yang terpenting ingat pesan abimu agar jangan
pacaran kalau memang mau suruh jumpain abi untuk melamarmu. Usiamu juga sudah
24 tahun dan itu sudah pantas untuk menikah.” Kata istrinya menimpali.
“Nggak
tahulah Mi…Neng bingung… sebab dua-duanya terlihat sayang sekali sama Neng,
agamanya juga baik.” Kata anaknya sambil menahan malu.
“Neng…
kamu lihat yang abi makan tadi… itu ada jengkol dan juga petai. Dan itu makanan
kesukaan abi. Kalaulah abi di suruh memilih antara jengkol dan petai maka abi
akan sama bingungnya denganmu saat kamu harus memilih satu diantara dua ikhwan
yang menurutmu sama-sama baik. Oklah kita katakan agamanya baik, akhlaknya
baik, pendidikannya juga baik, serta kedudukannya baik. Namun tetap kita harus
memilih satu kan Neng?”
“Ih…
abi ini… kok disamakan dengan jengkol dan petai sih… kalau Neng mah tak mau
dua-duanya.” Anaknya menimpali.
“hehehe…
Neng…neng… Petai dan jengkol ini adalah makhluk Allah yang diciptakan berguna
untuk kita, tak ada satupun ciptaan Allah itu tak berguna, semua ada gunanya.
Nah… gini saran abi… berkaca dari jengkol dan petai ini. Jengkol dan petai bagi
abi sama-sama nikmatnya jika dimakan. Penampilannya memang tidak seindah buah
anggur dan sebesar buah semangka. Namun abi tidak memandang penampilannya. Yang
abi pandang adalah nikmatnya serta dampaknya… hehehe… begitu juga dalam memilih
jodohmu… Jangan kamu pandang dari penampilan fisiknya, sebab itu lebih banyak semunya.
Anggaplah agamanya sebagai pilihan utama sama-sama dimiliki oleh kedua-duanya.
Rasa
nikmat saat makan petai dan jengkol adalah sama dengan merasakan kasih sayang. Saat
kamu menikah nanti maka kamu akan merasakan kasih sayang dari suamimu itu. Namun
itu tidaklah cukup, ada satu lagi yang harus kamu perhatikan. Siapa diantara
dua itu yang memiliki sifat rahmatan lil ‘alamiin yang lebih besar diantara
keduanya. Dunia ini tidak hanya seluas rumah tangga Neng…. walaupun benar kita
harus menjaga diri dan keluarga terlebih dahulu dan baru lingkungan dari api
neraka. Namun demikian, setelah kasih sayang itu kamu dapatkan maka hal
berikutnya adalah suamimu nanti dan juga keluargamu nanti dapat memberikan kebaikan
bagi orang sekitar kalian. Sama seperti jengkol atau petai ini, nikmat saat
dimakan dan berdampak setelah dimakan. Saat Abi ke kantor misalnya, maka pasti
orang kantor saat ke WC akan mencium aroma jengkol atau petai yang abi makan
hehehe… saat abi di terminal juga begitu, pokoknya dimanapun abi berada
pastinya orang lain akan merasakan itu. Nah di sini kita balik perumpamaan ini
dengan kebaikan. Jika suamimu bekerja atau bergaul di masyarakat maka dia juga
bisa mencerahkan orang lain, menyejukkan hati orang sehingga orang dengan
kehadiran suamimu dapat juga merasakan berkah dan mendapatkan ridho Allah
karena kebaikannya. Maka itu pilihlah suami yang tidak hanya bagus agama, akhlak,
dan kasih sayangnya namun juga mampu menyebarkan kebaikan-kebaikan kepada orang
lain dimanapun dia berada. Dan dalam konteks ini Abi memilih jengkol yang sudah
tua sebab rasa dan aroma dampaknya jauh lebih nikmat hehehehe”
“Iya
ya bi… makasih ya bi atas sarannya. Neng pamit dulu mau ngerjakan tugas kuliah
besok” sambil berdiri dan mencium tangan Pak Ali dan istrinya.
Kemudian,
pak Ali menghampiri istrinya sambil memeluk dan mencium keningnya dan berbisik:
“Umiku
sayang… terima kasih ya yang telah memasakkan makanan yang begitu lezatnya. Abi
jadi makin cinta dan sayang deh sama Umi”
“Ih…
Abi… lebay deh” kata istrinya..
Hehehehehe
HIDUP
TIDAK HANYA SEKEDAR MEMPERJUANGKAN KASIH SAYANG DAN CINTA KASIH NAMUN JUGA
MENYEBARKAN KEBAIKAN BAGI SESAMA.
Seperti
kata Inang-inang (Ibu-ibu) penjual jengkol dan petai di Pajak Sambu Medan.
“Jengkol-jengkol….
Petai-petai…!!! Jengkol 5000 sekilo,
petai 10.000 seikat…. Beli jengkol 10 kilo dapat dapat bonus seikat petai….!!!!
Hayo cepat buruan nanti keburu habis bah…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar