Bismillahirrahmanirrahiim
Suatu
sore di sebuah pantai, seorang ayah; sebut saja namanya Pak Ahmad; mengajak
putrinya; sebut saja namanya Tiara; yang sudah remaja untuk pergi ke pantai
menikmati senja. Di sana terdapat banyak orang yang bermain layang-layang. Dari
sekian banyak pemain layang-layang terdapat seorang anak gadis yang didampingi
oleh kedua orang tuanya. Mereka terlihat akrab.
Uniknya,
si gadis itu memainkan dua layang-layang sekaligus. Dia terlihat sibuk secara
bergantian memainkan kedua layang-layangnya
dengan bergiliran. Sesekali mengulurkan benang untuk layang yang satu
sesekali menggulung benang pada layang yang kedua. Sibuk sekali jadinya.
Sesekali kedua layang-layang itu saling terpaut dan membelit benang yang satu
dengan yang lainnya. Sementara angin yang tidak stabil membuat pergerakan
layang-layang itu juga semakin tak menentu. Si gadis jadi bertambah sibuk dan
bingung mau melakukan apa. Jika diturunkan yang satu maka yang satunya
bisa-bisa terputus benangnya dan jatuh terbang ke lautan. Sementara kedua orang
tuanya masih asyik bercengkerama tanpa menghiraukan kesulitan putrinya dalam
memainkan layang-layang itu. Akhirnya, kedua layang-layang itu terputus
benangnya dan terbang bebas ke lautan luas. Si gadis menangis dan sedih.
Dari
awal sampai akhir permainan layang-layang si Gadis, Pak Ahmad dan Tiara
mengamati semua gerak gadis itu. Dan akhirnya Tiara membuka pembicaraan dengan
berkata:
“Kasihan
ya Pak, gadis itu harus kehilangan dua layang-layangnya.”
“Ya
salah sendiri, mestinya dia hanya memainkan satu layang-layang saja, jangan
dua-dua sekaligus. Kalaulah dia memainkan satu saja dan putus benangnya, maka
dia dapat memainkan layang-layang yang lain. Jadi hati tak terlalu sedih. Kalau
dua sekaligus yang dimainkannya, berisiko sekaligus kehilangan dua-duanya.”
“Iya ya
Pak. Mestinya dia hanya memainkan satu layang-layang.”
“Pelajaran
apa coba yang bisa Tiara ambil dari situ?”
“Ntah
pak. Apa coba!”
“Bahwa
layang-layang itu ibaratnya adalah pria yang mengharapkanmu. Dan benang yang
kamu pegang untuk mengendalikan layang-layang itu adalah pengharapanmu yang
kamu berikan pada pria. Tarik ulurnya kamu dalam memainkan benang adalah kata-kata
manis atau pahitmu. Terkadang kamu harus mengulur benang dan terkadang kamu
harus menarik benang. Semakin tinggi layang-layangmu kamu terbangkan maka itu
artinya semakin tinggi dan manis pula pengharapanmu yang kamu berikan. Namun,
itu semakin mendekati mimpi. Bukankah layang-layang yang terbang tinggi
terlihat indah dipandang?. Namun, semakin tinggi kamu terbangkan akan semakin
mudah untuk putus karena angin kencang. Maka itu jangan terlalu tinggi kamu
terbangkan layang-layangmu.”
“Tarik
ulurnya benangmu itu adalah nuansa konflik dan kebahagiaan dalam jalinan cintamu.
Angin adalah cobaan bagimu. Terkadang cobaan angin yang muncul menyebabkan
putusnya benangmu, dan janganlah kamu bersedih sebab itu artinya
layang-layangmu ternyata bukanlah milikmu. “
“Dan
yang terpenting adalah kamu tidak memainkan dua layang-layang sekaligus. Dan itu tidaklah bijak. Tidaklah baik jika
kamu memberikan pengharapan pada dua orang sekaligus. Memang benar, kamu tidak
tahu layang-layang yang manakah nantinya yang akan turun kepadamu jika saatnya
tiba. Namun, ketahuilah dan sadarilah bahwa kamu hanyalah satu, hatimu juga
satu, kemampuanmu juga satu. Jangan kamu memainkan dua di saat kemampuanmu
hanya mampu untuk memainkan satu buah layang-layang. Jangan kamu beri pengharapan
pada dua pria di saat nantinya kamu tetap akan memilih satu, tindakanmu itu
akan menjadikanmu berlaku sangat tidak adil. Kamu akan mendapatkan julukan sang
pengkhianat dan menduakan hati. Dan itu akan sangat menyakitkan bagimu dan
banyak orang.”
“Setialah
pada yang satu walaupun setiamu itu tidaklah musti terlalu tinggi
layang-layangmu kamu terbangkan. Jangan terlalu tinggi pengharapanmu kamu
berikan walaupun itu terlihat manis dan indah namun itu beresiko mudah putus
benangnya di saat badai cobaan menerpa. Semakin pendek layang-layangmu kamu
terbangkan itu artinya semakin kamu memberikan kepastian kepadanya. Sebab yang
dibutuhkan dalam kesetiaan adalah kepastian, walau yang pasti itu sendiri belum
tentu terjadi padamu. Tapi setidaknya, jika benangnya putus, maka terbangnya
layang-layang itu tidaklah terlalu jauh
darimu. Sehingga silaturahmimu akan tetap terjalin dengan baik.”
BELAJARLAH
KESETIAAN DENGAN MEMBERIKAN HANYA SATU PENGHARAPAN DAN KEPASTIAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar