Senin, 04 Juni 2012

BELAJAR DARI LAYANG-LAYANG



Bismillahirrahmanirrahiim


Suatu sore di sebuah pantai, seorang ayah; sebut saja namanya Pak Ahmad; mengajak putrinya; sebut saja namanya Tiara; yang sudah remaja untuk pergi ke pantai menikmati senja. Di sana terdapat banyak orang yang bermain layang-layang. Dari sekian banyak pemain layang-layang terdapat seorang anak gadis yang didampingi oleh kedua orang tuanya. Mereka terlihat akrab.


Uniknya, si gadis itu memainkan dua layang-layang sekaligus. Dia terlihat sibuk secara bergantian memainkan kedua layang-layangnya  dengan bergiliran. Sesekali mengulurkan benang untuk layang yang satu sesekali menggulung benang pada layang yang kedua. Sibuk sekali jadinya. Sesekali kedua layang-layang itu saling terpaut dan membelit benang yang satu dengan yang lainnya. Sementara angin yang tidak stabil membuat pergerakan layang-layang itu juga semakin tak menentu. Si gadis jadi bertambah sibuk dan bingung mau melakukan apa. Jika diturunkan yang satu maka yang satunya bisa-bisa terputus benangnya dan jatuh terbang ke lautan. Sementara kedua orang tuanya masih asyik bercengkerama tanpa menghiraukan kesulitan putrinya dalam memainkan layang-layang itu. Akhirnya, kedua layang-layang itu terputus benangnya dan terbang bebas ke lautan luas. Si gadis menangis dan sedih.

Dari awal sampai akhir permainan layang-layang si Gadis, Pak Ahmad dan Tiara mengamati semua gerak gadis itu. Dan akhirnya Tiara membuka pembicaraan dengan berkata:
“Kasihan ya Pak, gadis itu harus kehilangan dua layang-layangnya.”
“Ya salah sendiri, mestinya dia hanya memainkan satu layang-layang saja, jangan dua-dua sekaligus. Kalaulah dia memainkan satu saja dan putus benangnya, maka dia dapat memainkan layang-layang yang lain. Jadi hati tak terlalu sedih. Kalau dua sekaligus yang dimainkannya, berisiko sekaligus kehilangan dua-duanya.”
“Iya ya Pak. Mestinya dia hanya memainkan satu layang-layang.”
“Pelajaran apa coba yang bisa Tiara ambil dari situ?”
“Ntah pak. Apa coba!”
“Bahwa layang-layang itu ibaratnya adalah pria yang mengharapkanmu. Dan benang yang kamu pegang untuk mengendalikan layang-layang itu adalah pengharapanmu yang kamu berikan pada pria. Tarik ulurnya kamu dalam memainkan benang adalah kata-kata manis atau pahitmu. Terkadang kamu harus mengulur benang dan terkadang kamu harus menarik benang. Semakin tinggi layang-layangmu kamu terbangkan maka itu artinya semakin tinggi dan manis pula pengharapanmu yang kamu berikan. Namun, itu semakin mendekati mimpi. Bukankah layang-layang yang terbang tinggi terlihat indah dipandang?. Namun, semakin tinggi kamu terbangkan akan semakin mudah untuk putus karena angin kencang. Maka itu jangan terlalu tinggi kamu terbangkan layang-layangmu.”
“Tarik ulurnya benangmu itu adalah nuansa konflik dan kebahagiaan dalam jalinan cintamu. Angin adalah cobaan bagimu. Terkadang cobaan angin yang muncul menyebabkan putusnya benangmu, dan janganlah kamu bersedih sebab itu artinya layang-layangmu ternyata bukanlah milikmu. “
“Dan yang terpenting adalah kamu tidak memainkan dua layang-layang sekaligus.  Dan itu tidaklah bijak. Tidaklah baik jika kamu memberikan pengharapan pada dua orang sekaligus. Memang benar, kamu tidak tahu layang-layang yang manakah nantinya yang akan turun kepadamu jika saatnya tiba. Namun, ketahuilah dan sadarilah bahwa kamu hanyalah satu, hatimu juga satu, kemampuanmu juga satu. Jangan kamu memainkan dua di saat kemampuanmu hanya mampu untuk memainkan satu buah layang-layang. Jangan kamu beri pengharapan pada dua pria di saat nantinya kamu tetap akan memilih satu, tindakanmu itu akan menjadikanmu berlaku sangat tidak adil. Kamu akan mendapatkan julukan sang pengkhianat dan menduakan hati. Dan itu akan sangat menyakitkan bagimu dan banyak orang.”
“Setialah pada yang satu walaupun setiamu itu tidaklah musti terlalu tinggi layang-layangmu kamu terbangkan. Jangan terlalu tinggi pengharapanmu kamu berikan walaupun itu terlihat manis dan indah namun itu beresiko mudah putus benangnya di saat badai cobaan menerpa. Semakin pendek layang-layangmu kamu terbangkan itu artinya semakin kamu memberikan kepastian kepadanya. Sebab yang dibutuhkan dalam kesetiaan adalah kepastian, walau yang pasti itu sendiri belum tentu terjadi padamu. Tapi setidaknya, jika benangnya putus, maka terbangnya layang-layang itu  tidaklah terlalu jauh darimu. Sehingga silaturahmimu akan tetap terjalin dengan baik.”
BELAJARLAH KESETIAAN DENGAN MEMBERIKAN HANYA SATU PENGHARAPAN DAN KEPASTIAN.

Tidak ada komentar: